Ibu-Ibu, Mohon Tahan Dulu untuk Memiliki Anak

 



Jokowi mengimbau ibu-ibu tidak melahirkan anak setiap tahun. Jokowi menyebut para ibu butuh jarak minimal 3 tahun untuk setiap kehamilan. 

"Harus lebih dari tiga tahun. Jangan tiap tahun punya anak. Lebih dari tiga tahun, diatur, sehingga ibu sudah pulih, gizinya baik, boleh punya anak lagi," kata Jokowi pada Puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional Tahun 2022 di Medan, Kamis (7/7).

Jokowi meminta orang tua untuk memperhatikan kebutuhan gizi anak. Ia berkata gizi yang cukup berdampak pada tumbuh kembang anak.

Jokowi pun meminta para orang tua untuk mempersiapkan pendidikan anak sejak dini. Ia ingin anak-anak Indonesia tumbuh menjadi generasi yang kompetitif dalam persaingan global.


Edukasi Manajemen Gizi pada Ibu Hamil Penting Cegah Stunting

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyampaikan, memberikan edukasi soal manajemen gizi terhadap ibu hamil penting. Sebab, itu dapat mencegah lahirnya anak stunting atau kekerdilan.

"Setelah mengalami proses kehamilan, tingkat kesehatan mereka pastinya menjadi penentu bagi keberlangsungan hidup berikutnya," ujar Direktur Perencanaan dan Pengendalian Penduduk BKKBN Munawar Asikin dalam webinar "Manajemen Gizi dan Makanan Mewujudkan Ibu Hamil Sehat, Generasi Bebas Stunting, Sehat dan Cerdas" di Jakarta, Rabu (6/7/2022).

Menurut Munawar, cukup banyak kasus anak stunting yang lahir dikarenakan ibu hamil mempertahankan dietnya. Padahal, pada saat itu ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang tinggi agar anak terbebas dari kekurangan energi kronis.

"Nah, kami juga bekerja sama dengan Departemen Kesehatan melakukan pemantauan perkembangan anak dan juga pertumbuhan anak salah satunya adalah kami mengidentifikasi risiko stunting pada anak-anak yang baru lahir," tuturnya.

Munawar mengemukakan beberapa penelitian menunjukkan jika seorang anak baru lahir panjangnya kurang dari 48 centimeter dan berat badannya kurang dari 2,5 kilogram maka anak tersebut teridentifikasi sebagai stunting. Anak tersebut perlu segera mendapatkan penanganan agar bisa terbebas dari stunting.

Dalam kesempatan itu, Munawar juga menyampaikan, angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan, angka prevalensi stunting di Indonesia pada 2021 sebesar 24,4 persen atau menurun 6,4 persen dari angka 30,8 persen pada 2018.

"Kita tahu masih banyak daerah yang memiliki persentase stunting di atas 20 persen yang menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merupakan standar yang harus dihindari," tuturnya.


Masyarakat Harus Konsumsi Lebih Banyak Ikan!

Pemerintah Indonesia menargetkan Angka Konsumsi Ikan (AKI) tahun 2024 naik menjadi 62,05 kilogram per kapita per tahun. Diketahui, sepanjang tahun 2021 AKI nasional baru mencapai 55,37 kg/kapita.

Upaya untuk meningkatkan AKI nasional dilakukan, antara lain melalui diversifikasi olahan produk perikanan yang terus diupayakan oleh Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM).

"KKP memiliki target AKI di tahun 2024, sebesar 62,05 kilogram per kapita per tahun. Pada 2021, tercatat AKI nasional mencapai 55,37 kg/kapita pada 2021. Angka tersebut tumbuh 1,48 persen dibanding tahun sebelumnya, sebesar 54,56 kg/kapita," kata I Nyoman Radiarta, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Minggu (3/7/2022).

Dalam kegiatan tersebut Dwita Ria Gunadi menyatakan pihaknya  memberi motivasi kepada para peserta untuk mulai membuka usaha produk olahan ikan. “Proses pengolahan ini dapat memberi nilai tambah," katanya.


Stunting, Efek dari Kurangnya Konsumsi Ikan 

Definisi stunting menurut Kemenkes ialah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Di negara berkembang, khususnya Indonesia stunting menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius yang kasusnya masih tinggi. 

Data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health Organization (WHO), Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR). Rata-rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4%.

Penyebab stunting sendiri ialah kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama. Padahal, asupan gizi ini sangat krusial perannya dalam perkembangan balita sekaligus sang ibu. Kurangnya asupan gizi ini terjadi karena pemberian pola makan yang tidak baik dari sang ibu. Sang ibu kurang teredukasi mengenai masa emas anak yang harusnya dijaga dengan baik.  


0 Response to " Ibu-Ibu, Mohon Tahan Dulu untuk Memiliki Anak"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel