Jackpot! Ekspor Sawit Dibuka Kembali oleh Jokowi
Kebijakan pemerintah untuk membuka kembali ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan produk turunannya berbuah manis. Penerimaan Bea Keluar (BK) dari komoditas tersebut terbang lebih dari 800% pada Juni tahun ini.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, penerimaan BK pada Juni 2022 tercatat Rp 7,26 triliun atau melonjak 443,6% dibandingkan Mei 2022 serta 149,7% dibandingkan Juni 2021.
Penerimaan BK pada Juni adalah yang tertinggi sepanjang tahun ini. Besaran penerimaan BK pada Juni juga dua kali lipat lebih banyak dibandingkan rata-rata bulanan tahun ini (Rp 3,85 triliun).
"Penerimaan didorong volume ekspor CPO & Turunannya dipengaruhi kebijakan skema percepatan ekspor CPO & Turunannya setelah sempat ada pelarangan ekspor," tulis Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Bea Cukai Berlakukan Flush Out untuk Dukung Ekspor CPO
Kini, ekspor produk crude palm oil (CPO), refined, bleached and deodorized (RBD) palm olein, dan used cooking oil (UCO) dibatasi. Hanya pengekspor yang disetujui Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang boleh melakukan ekspor.
Daftar barang yang ekspornya dibatasi dimuat dalam Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 20 Tahun 2022, yaitu, CPO, RBD PO, RBD Palm Olein, dan UCO.
Hal ini dimaksudkan untuk optimalisasi dan stabilisasi rantai produksi dan perdagangan komoditas tersebut, mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, serta menjaga stabilitas produksi dan harga tandan buah segar (TBS) di level petani. Permendag Nomor 38 Tahun 2022 menetapkan pengekspor harus memiliki dokumen persetujuan ekspor (PE) sebagai syarat mengekspor CPO dan produk turunannya.
Karena itu, Bea Cukai memberlakukan program flush out atau percepatan penyaluran ekspor untuk komoditas CPO dan turunannya diatur dalam Permendag Nomor 38 Tahun 2022 yang berlaku pada 8 Juni 2022 hingga 31 Juli 2022.
India Mau Membeli Kelapa Sawit Indonesia
Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) ambruk di sesi awal perdagangan pada Kamis (7/7/2022). Kini, harga CPO berada di level MYR 3.800/ton dan menjadi yang terendah sejak 9 Juli 2021.
Mengacu pada data Refinitiv, pukul 08:00 WIB, harga CPO diperdagangkan di posisi MYR 3.897/ton atau anjlok 3,9%. Dengan begitu, harga CPO telah turun selama lima hari beruntun. Bahkan, di sepanjang pekan ini, harga CPO drop 20,63%.
Minyak sawit berjangka Malaysia pada Rabu (6/7) berakhir ambruk 2,8% ke MYR 4.055/ton (US$917,25/ton) dan menjadi posisi terendah dalam hampir setahun karena meningkatnya kekhawatiran resesi global sehingga menekan laju komoditas.
Selama di perdagangan kemarin, harga CPO sempat ambles hingga 10%, tapi kemudian berhasil memangkas koreksinya setelah Asosiasi Pabrik Kelapa Sawit Semenanjung Selatan (SPPOMA) melaporkan produksi CPO Malaysia periode 1-5 Juli turun hampir 16% dari periode yang sama di bulan sebelumnya.
Dari sisi permintaan, harga CPO yang terkoreksi tajam nyatanya dapat mendongkrak permintaan dari pembeli utama minyak sawit dunia yakni India.
Melansir Reuters, empat diler memprediksikan impor minyak sawit ke India pada Juli dapat naik menjadi 700.000 hingga 800.000 ton, melonjak ke level tertinggi sejak September 2021 (10 bulan) karena koreksi harga yang besar dan Indonesia mengizinkan lebih banyak ekspor CPOnya.
Pembelian yang lebih tinggi oleh India, tentunya dapat menjadi dukungan untuk pergerakan harga minyak sawit acuan Malaysia.
"Minyak sawit menjadi sangat menarik bagi pembeli India setelah jatuhnya harga baru-baru ini," kata salah satu dealer, Sandeep Bajoria, kepala eksekutif pialang dan konsultan minyak nabati Sunvin Group.
India membeli minyak sawit terutama dari Indonesia, Malaysia dan Thailand, sedangkan minyak kedelai terutama bersumber dari Argentina, Brazil dan Amerika Serikat. India juga mengimpor minyak bunga matahari dari Ukraina dan Rusia.
Kini, CPO menjadi lebih kompetitif dengan minyak nabati saingan. CPO ditawarkan di India dengan harga sekitar US$1.100 per ton, termasuk biaya, asuransi dan pengangkutan untuk pengiriman Juli, lebih rendah dibandingkan dengan US$1.360 untuk minyak kedelai mentah dan minyak bunga matahari mentah ditawarkan sekitar US$1.675 per ton.
Jika permintaan CPO meningkat dari India, pastinya Indonesia akan diuntungkan sebagai eksportir CPO terbesar ke India. Hal tersebut diharapkan dapat berkontribusi pada devisa.
0 Response to " Jackpot! Ekspor Sawit Dibuka Kembali oleh Jokowi"
Posting Komentar