Indonesia Bahas Rekomendasi Transformasi Digital dalam B20
Chair of B20 Indonesia Shinta Kamdani mengatakan pandemi Covid-19 telah mempercepat digitalisasi usaha dan kehidupan sehari-hari. Pada 2021, masyarakat global telah menghabiskan waktu sebanyak lebih dari 100 miliar jam di berbagai aplikasi belanja daring. Angka ini dua kali lipat lebih lama dibandingkan tiga tahun lalu.
Namun, UMKM yang menggerakkan perekonomian dunia masih mengalami tantangan untuk melakukan transformasi digital.
"Masalah ini harus diatasi melalui kolaborasi pemerintah dan swasta untuk memastikan bahwa layanan digital tersedia untuk semua orang, bukan hanya yang memiliki hak istimewa," kata Shinta dalam siaran pers, Rabu (6/7/2022)
Dialog ini bisa meningkatkan kesadaran untuk mengatasi tantangan digitalisasi yang dihadapi saat ini terutama mengenai adopsi teknologi digital, infrastruktur dan literasi digital, dukungan transformasi digital di sektor UMKM serta isu-isu keamanan siber.
B20 terhadap pengusaha UMKM dan Petani
B20 Trade and Investment Task Force bersama dengan Partnership for Indonesia's Sustainable Agriculture (PISAgro) menggelar forum side events B20 Indonesia bertajuk "Unlocking Financial Access and Digital Transactions for Farmers and SMEs Through Inclusive Closed Loop Model" di Jakarta, Kamis (30/6/2022).
Pertemuan ini bertujuan untuk memfasilitasi diskusi antara pelaku usaha di sektor pertanian dan lembaga keuangan, termasuk lembaga perbankan dan non bank sekaligus menjadi tempat pertukaran informasi mengenai praktik konkrit terkait akses keuangan dan layanan keuangan digital di Indonesia dan negara lain.
Chair of B20 Indonesia Shinta Kamdani mengatakan dalam situasi dunia yang sedang memulihkan diri setelah pandemi Covid-19, inklusivitas menjadi terobosan untuk melakukan transformasi ekonomi sesuai dengan prioritas nasional dan kondisi global.
CEO Sintesa Group ini mengatakan B20 Indonesia juga menyelaraskan tema prioritas ini dengan menjadikan inklusi keuangan terutama inklusi keuangan digital dan pembiayaan sektor ekonomi rakyat sebagai salah satu agenda prioritas.
Terlebih lagi, KADIN Indonesia yang menjadi penyelenggara B20 Indonesia menjadikan isu inklusi keuangan dan pembiayaan UMKM sebagai pilar utama kebangkitan ekonomi nasional.
UMKM dan pertanian rakyat, kata Shinta selama ini sangat kesulitan untuk mengakses permodalan karena salah satunya soal pengelolaan pertanian secara tradisional dan hampir rata-rata tidak memiliki rekening bank. Padahal, untuk meningkatkan kesejahteraan petani membutuhkan akses keuangan yang lebih terbuka dan inklusif.
"UMKM dan petani rakyat selama ini tidak mudah untuk mendapatkan pembiayaan baik dari lembaga keuangan formal. Persoalan utamanya sekalian letak geografis yang mungkin jauh dari lembaga keuangan, rendahnya literasi petani juga membuat mereka sulit mengakses pembiayaan karena minimnya pengetahuan untuk mengikuti prosedur yang dijalankan perbankan," jelas Shinta beberapa waktu lalu.
Pemerintah sendiri telah memperlihatkan komitmennya terhadap keuangan inklusif dengan menerbitkan Peraturan OJK No. 76/POJK.07/2016 tentang Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan di Sektor Jasa Keuangan Bagi Masyarakat dan melalui Perpres No 114 Tahun 2020 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan dengan target Siaran Pers cakupan 90% di tahun 2024.
Chair of B20 Trade and Investment Task Force Arif P Rachmat mengatakan pembiayaan inklusif penting sebagai solusi yang layak untuk masalah produktivitas petani kecil yang memiliki masalah kompleks.
Selain itu, diperlukan contoh konkrit atau best practice dari negara lain terkait pembiayaan untuk petani sekaligus kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan melalui negara-negara anggota G20.
"Harus disadari, masih ada berbagai kendala yang menghalangi dalam mengejar inklusi keuangan baik di Indonesia maupun secara global, di antaranya inklusi keuangan yang menyasar sektor UMKM, perempuan dan sektor pertanian. Ini harus jadi perhatian dalam mendorong pertumbuhan ekonomi ke depannya," jelas Arif.
Namun, yang jadi keuntungan, kata dia, kemajuan teknologi informasi turut andil dalam menyasar kecakapan inklusi keuangan. Transformasi digital melalui artificial intelligence hingga analisis big data yang jadi salah satu contoh memudahkan dan harus dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk meningkatkan inklusi keuangan dan mempercepat pemulihan ekonomi.
Senada dengan Arif, Chairman PISAgro Franky Oesman Widjaja mengatakan lembaga keuangan memainkan peran penting dalam menyediakan modal yang dibutuhkan petani kecil.
0 Response to " Indonesia Bahas Rekomendasi Transformasi Digital dalam B20"
Posting Komentar